Fenomena kesalahpahaman dalam mencerna suatu narasi berupa teks menjadi sorotan utama dalam agenda rutin ‘Ngaji Hermeneutik’ yang diselenggar0akan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Komisariat An-Nawawi pada Rabu (14/05/2025) di Mushola Institut Agama Islam (IAI) An-Nawawi Purworejo.
Narasumber dalam agenda bertema ‘The Art of Understanding Friedrich Daniel Ernst Schleiermacher’ ini, Ketua Mabinkom Dr. Anwar Ma’rufi, S.H.I., M.Ud. menyatakan manusia modern khususnya Gen Z, sering mengalami kesalahpahaman dalam menangkap suatu narasi. Terlebih dalam dunia literasi, yang jika dibiarkan akan menimbulkan kesesatan berpikir.
“Manusia modern, khususnya Gen Z, sering kali terjebak dalam kesalahpahaman untuk menangkap pemahaman suatu narasi, terlebih dalam bentuk teks (tulisan). Kesalahpahaman ini jika diteruskan dapat berakibat pada logical fallacy atau kesesatan berpikir,” tutur Anwar.
Oleh karena itu, Anwar yang juga sebagai Ketua Majelis Pembina Komisariat (Mabinkom) PMII An-Nawawi menawarkan terobosan hermeneutika perspektif Schleiermacher kepada anggota dan kader PMII An-Nawawi sebagai jembatan alternaif agar tidak terjatuh dalam kesalahpahaman saat mengonsumsi suatu bacaan. Tujuan utamanya adalah untuk memahami maksud penulis teks.
“Dalam konteks ini, Gagasan Schleiermacher akan menemukan urgensi dan relevansinya sebagai jembatan alternatif bagi kita warga pergerakan dalam mengelupas secara kritis suatu teks agar tidak jatuh dalam kesalahpahaman saat mengonsumsi suatu bacaan, yang tujuan utamanya berupa pemahaman terhadap maksud si penulis teks,” jelasnya.
Lebih lanjut, Anwar menjabarkan dua gagasan pokok hermeneutika Schleiermacher, yaitu interpretasi gramatikal dan interpretasi psikologi. Bagi Anwar, sumbangan pemikiran ini dapat dijadikan sebagai pegangan kader PMII untuk lebih bijak dalam berliterasi.
“Menurut Schleiermacher dalam karyanya Hermeneutics and Criticisms and Other Writings, terjemahan Andrew Bowie, hermeneutika yang diartikan sebagai art of understanding atau seni memahami ini memiliki dua model interpretasi. Pertama, interpretasi gramatikal, yakni menelaah teks dari dimensi bahasa; bagaimana bahasa dipakai mulai dari pembentukan kata, kalimat, paragraf, bab, buku, genre dan kultur. Kedua, interpretasi psikologis, yakni menelaah teks dari dimensi si pemakai bahasanya, dalam hal ini penulis teks; mulai dari individu, keluarga, generasi, masyarakat, kultur, negara dan zaman, ” papar Anwar.
Anwar juga menambahkan bahwa hermeneutika Schleiermacher ini bersifat universal, yaitu tidak terikat oleh satu teks yang berupa kitab suci saja, melainkan dapat diaplikasikan dalam teks lain seperti teks sastra dan sejarah.
“Hermeneutuka Schleiermacher bersifat universal. Artinya tidak terikat oleh satu teks saja berupa kitab suci, tapi justru dapat diaplikasikan dalam teks lain seperti teks sastra dan sejarah,” tambahnya.
Misbachul Anam Ketua PMII Komisariat An-Nawawi mengungkapkan bahwa Ngaji Hermeneutik adalah upaya PMII Komisariat An-Nawawi untuk lebih bijak dalam berliterasi. Terlebih untuk lebih bijak dalam memahami buku primer kaderisasi seperti Tetralogi Pulau Buru dan Suluk Abdul Jalil.
“Ngaji Hermeneutik merupakan upaya PMII Komisariat An-Nawawi untuk lebih bijak dalam berliterasi. Tentunya dengan sumbangan hermeneutik Schleiermacher wacana primer seperti buku Tetralogi Pulau Buru karya Pramoedya Ananta Toer dan Suluk Abdul Jalil karya Agus Sunyoto dapat dikupas lebih bijak lagi. Apalagi buku-buku ini masih tergolong ke dalam novel sejarah, yang unsur imajinasinya lebih kental daripada unsur faktanya,” ungkap Anam saat ditemui diwawancarai.
Sebagai informasi tambahan, agenda rutinan Ngaji Hermemeutik ini akan berlangsung setiap minggunya pada hari Rabu untuk menghidupkan ruang-ruang dialektika dalam tubuh PMII An-Nawawi sebagai pusat peradaban.
Kontributor: Muhammad Fadhil
0 Komentar